Jafar Sidik
Tapi gua maunya naskahku jangan diedit kebanyakan, ntar jadi kayak tulisan Pak Dendy Kepala Pusat Bahasa hihihi"
Jakarta (ANTARA News) - Tak pelak lagi gadis remaja berusia 15 tahun bernama Nilam Zubir ini memiliki bakat amat besar untuk menjadi seorang penulis besar kelak.
Perhatikan cara menulis pelajar kelas tiga SMP yang pernah menjadi presenter cilik ini. Dia mampu menularkan pengalaman konyol dari keseharian hidupnya yang sebenarnya serius, kepada pembaca. Ia sungguh berbakat menggerakkan orang lain berbuat, atau setidaknya terbuai oleh ceritanya.
Abaikan dulu Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi tangkaplah pesan-pesan besar dalam cerita 'gilanya' saat bagaimana orang seusianya jadi pengusaha.
Dia menjuduli buku ini dengan "Kecil-kecil jadi Pengusaha." Masih ada tempelan kalimat di belakang judul itu, "A Gokil Story"! Sebenarnya karyanya bukan hanya yang satu ini.
Dia memang gokil, tentu saja dalam makna yang positif. Justru setiap kata dirangkai dan setiap lelucon yang dia sampaikan, menunjukkan betapa cerdas dan luasnya wawasan anak ini. Perhatikan pengantar dia di awal bukunya di bawah ini.
"Awal tahun ini, emak dan daddy bilang, tambah umur mustinya tambah karya. Tiba-tiba gua nyadar. Bener juga tuh ortu. Ya udah deh, gue kelarin ni buku. Tapi gua maunya naskahku jangan diedit kebanyakan, ntar jadi kayak tulisan Pak Dendy Kepala Pusat Bahasa hihihi..Emak setuju. Tooosss! Paling2 ntar editornya bilang "Bagus deh ngeringanin kerjaan gue." Hehe, lucu kan?
Itu baru pengantarnya. Dari awal sampai akhir, buku tipis 90 halaman ini terus-terusan memaksa bibir Anda menyungging senyum karena mendapati dan membayangkan kegokilan yang cerdas dari si empunya cerita.
Tapi jangan salah sangka. Isi kisahnya sendiri serius, yaitu tentang manajemen usaha, mengambil inisiatif, cara memimpin dan mengoordinasikan anak buah, mencari hal-hal baru dalam hidup, bagaimana 'tampil beda,' pengambilan keputusan, dan banyak lagi.
Penerbit buku ini, Pustaka Bestari, ingin menggugah semangat kewirausahaan pada kaum muda, dari anak usia SD, SMP, sampai SMA. Dan memang target utama buku ini adalah anak-anak seusia itu.
Pustaka Bestari ingin jiwa wirausaha ditanamkan dalam-dalam sejak usia dini. Melalui buku ini mereka ingin turut mengubah masyarakat 'pencari kerja', menjadi 'pencipta lapangan kerja.' Konon, negara bisa makmur jika memiliki sedikitnya 2% wirausaha. Indonesia baru 0,18 % penduduknya berwirausaha. Pantas saja Indonesia kalah makmur dari sejumlah negara.
Upaya penerbit mengajak Nilam Zubir untuk menuliskan pengalamannya menjadi pengusaha cilik, tepat sekali. Bagi orang-orang dewasa, buku tergolong memotivasi ini mungkin terkesan kurang serius.
Tapi lain bagi anak-anak usia belia. Lagi pula, tidak adil mengajak anak-anak memahami dunia yang masih sulit dirabanya, jika kita tak mengenal dunianya, termasuk gaya berkomuniksi mereka.
Nilam Zubir berhasil menunaikan tugas sebagai penyampai dan pengajar yang baik.
Selain dia sendiri bagian dari dunia anak-anak itu, Nilam mampu mengajak kawan-kawan sedunianya untuk menyelamati hal-hal fantastis yang justru berguna ketika anak masuk ke kehidupan yang sesungguhnya.
Mempelajari hal serius tidak harus selalu dengan muka serius. Nilam melakukan ini. Buku ini ditarik dari pengalaman hidup sehari-hari Nilam saat bersama saudaranya merintis usaha dan mengikuti banyak aktivitas yang umumnya bisa "diuangkan".
Di sini, ada ajaran moral yang dibagi Nilam yang diperolehnya dari wejangan luhur orangtuanya. Dia dirancang untuk bisa berbisnis dari kecil, tetapi itu tidak membuatnya menjadi komersil atau matre.
Ajaran orangtua ternyata tetap yang terampuh, setidaknya dari penuturan Nilam mengenai sejumlah nilai moral yang diajarkan orangtuanya, diantaranya diungkapkan dalam salah satu bagian akhir bukunya, "Kata emak, kalo konsep dagangnya diniatin jadi wirausahawan sosial, itu akan membuat kita jadi gak serakah, jadi mikirin ornag lain, jadi peka sosial, dan peka situasi (gua udah apal luar kepala...tenooooot J).
Kendati Nilam menyampaikannya dalam gaya berseloroh, petuah moral yang diajarkan ibunya itu amat sarat nilai.
Jadi, kalau satu saat anak Anda menimpali Anda dengan kalimat sekenanya seperti Anda akan jumpai dalam buku ini, jangan marah dulu, mungkin sebenarnya anak Anda memahami dan menuruti petuah Anda.
Pelajaran bagus lainnya yang bisa dipetik dari Nilam adalah kemauannya untuk selalu mencoba dan mengenali hal baru. Dia juga mengajarkan, menjadi pengusaha itu adalah juga soal kemauan memetik pelajaran dari orang-orang sukses.
Maka disebut-sebutlah oleh Nilam tokoh-tokoh besar seperti pendiri Bank Grameen Muhammad Yunus, pengusaha Moeryati Soedibyo dan Pia Alisyahbana, konsultan-konsultan bisnis yang sarannya selalu diperhatikan orang, dan banyak lagi.
Di akhir bagian buku, masih dalam gaya 'gokil'-nya, Nilam berbagi kiat mengenai bagaimana baiknya memulai, mengelola, dan mengembangkan usaha.
Kiat pertama, katanya, berani memulai. Lalu, pilih usaha yang dimengerti dan bisa dijalankan. Selanjutnya, buatlah perencanaan dan konsep usaha yang jelas. Kemudian --nah ini yang keren-- membuat tim kerja dan internal sistem serta SOP. Berikutnya, berpikir tepat cara mengembangkan usaha.
Karena buku ini ditulis oleh yang memahami alam pikiran anak muda, dan karena juga isinya mencerahkan, maka buku ini pantas dimiliki dan dibaca anak Anda, bahkan Anda sendiri.
Jika seorang pengusaha kesulitan mengajari anak-anaknya untuk belajar berusaha agar bisnis mereka ada pelanjutnya, buku ini mungkin membantu keinginan Anda itu. Juga, siapapun yang bukan pengusaha.
Percayalah, jarang ada buku berisi hal serius yang menjadi bekal hidup manusia, disampaikan dengan cara gokil seperti buku ini.
Anda dan anak Anda dijamin menikmatinya dari awal sampai akhir. Tapi harap ingat, jangan sendirian membaca buku ini. Salah-salah orang akan mengatai Anda gokil alias gila, karena Anda akan mesem-mesem sepanjang membaca buku ini.
Oke, selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar