Kamis, 18 Agustus 2011

Bocah TK sukses mendaki 10 puncak gunung


Pamekasan (ANTARA News) - Arya Cahya Mulyana Sugianto (6) asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur (Jatim) akhirnya sukses mendaki 10 puncak gunung di Indonesia yang dilakukan mulai Mei hingga Agustus 2011 ini.

"Pendakian terakhir yang dilakukan Arya di Puncak Mahameru bertepatan dengan HUT ke-66 Kemerdekaan RI," kata Bagian Humas Tim Pendamping Pendakian Arya, Kusnindar kepada ANTARA, Kamis.

Saat menyampaikan informasi itu, Kusnindar bersama pendaki cilik Arya yang tergabung dalam tim "Ekspedisi Cahaya Merdeka 2011" tengah berada di pos pendakian Gunung Mahameru, Ranupane.

Pendakian ke puncak terakhir dari 10 gunung yang dilakukan bocah yang masih tercatat sebagai murid di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi itu merupakan kali kedua, setelah setahun sebelumnya pada tanggal dan bulan yang sama, anak dari pasangan suami istri Agus Sugianto (41) dan Tri Yuli Mulyanti (40), asal Pamekasan ini juga mendaki gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan air laut (Mdpl) tersebut.

Arya mulai berangkat melakukan pendakian ke 10 puncak gunung di Indonesia pada tanggal 12 Mei dan dilepas secara langsung oleh Bupati Pamekasan di pendopo Pemkab setempat.

"Rencananya kami akan tiba di Pamekasan setelah pendakian terakhir di puncak Mahameru ini pada tanggal 21 Agustus nanti," kata Kusnindar menjelaskan.

Pendakian pada 10 puncak gunung yang dilakukan oleh Arya Cahya Mulyana Sugianto, bocah itu untuk pertama kalinya pada puncak Gunung Ciremai di Kuningan, Jawa Barat yang memiliki ketinggian 2.900 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Selanjutnya pendakian dilanjutkan ke puncak Gunung Slamet di Purbalingga, Jawa Tengah, Gunung Sindoro di Temanganggung, dan Gunung Wonotirto.

Kemudian ke Gunung Lawu, Gunung Rinjani, Gunung Agung, Gunung Welirang, Gunung Arjuno dan Gunung Semeru.

Menurut Kusnindar, meski telah melakukan pendakian pada 10 puncak gunung, bocah Arya Cahya Mulyana Sugianto masih sehat dan bersemangat

"Kalau orang tuanya berkenan, dia masih minta mendaki satu gunung lagi, yakni gunung Bromo. Jadi kemungkinan Arya tidak kembali ke Pamekasan sesuai jadwal," kata Kusnindar menjelaskan. (ANT)

Books for Hope Perluas Wawasan Anak Pedesaan


VIVAnews - Books for Hope, organisasi nirlaba yang bertekad mengapuskan siklus kemiskinan melalui pengadaan perpustakaan dan laboratorium komputer di wilayah pedesaan menggandeng Acer dan Microsoft untuk menjalankan programnya.

“Lahir dari keluarga miskin atau terpencil di pedesaan bukanlah kesalahan anak-anak. Anak-anak seperti ini membutuhkan campur tangan kita agar mereka bisa keluar dari lingkaran kemiskinan,” kata Grace Sai, Chief Executive Officer sekaligus pendiri Books for Hope pada talkshow bertajuk ‘Social Entrepreneurship and Online Movement for Social Change’ yang diadakan oleh FreSh (Freedom of Sharing) Forum, 24 Juni 2009.

Anak-anak yang tinggal di pelosok tidak mengetahui bahwa banyak yang bisa mereka lakukan ketika mereka dewasa. “Saya pernah mengajukan pertanyaan pada puluhan anak di sebuah perkampungan terpencil, apa cita-cita mereka. Ternyata hanya ada 3 cita-cita yang mereka ketahui yakni dokter, guru, dan petani karena profesi itulah yang ada di keseharian mereka,” kata Grace. “Dengan membaca buku atau internet, wawasan mereka akan terbuka bahwa mereka bisa menjadi astronot, ilmuwan, atau apa saja saat mereka dewasa kelak,” ucapnya.

Books for Hope menggandeng Acer dan Microsoft untuk memberikan nilai tambah pada program mereka dengan menyediakan hardware dan software yang bisa mendukung dan menjangkau kalangan yang lebih luas.

Acer menyediakan hardware untuk membantu pembelajaran dan Microsoft menyediakan Windows Multipoint dan aplikasinya seperti Mouse Mischief yang membuat satu komputer di kelas bisa digunakan secara bersama-sama oleh sampai 35 siswa sekaligus.
“Saya yakin, dengan mengajarkan anak-anak keahlian komputer, mereka akan dapat berpartisipasi dalam perekonomian modern di masa depan,” ucap Grace.

Kamis, 04 Agustus 2011

Mahasiswa ITB Ikuti Forum Internasional Youth Science


London (ANTARA News) - Delapan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengikuti forum London International Youth Science Forum (LIYSF) di London Imperial College yang digelar tanggal 27 Juli hingga 10 Agustus mendatang.

Ketua delegasi Indonesia ke forum LIYSF, Yosi Ayu Aulia dari jurusan mikrobiologi ITB, di London, Jumat mengatakan LIYSF yang digelar untuk ke 52 kalinya itu secara resmi dibuka Kamis siang.

Menurut Yosi, acara diawali dengan parade bendera dari masing-masing negara partisipan dibuka secara resmi oleh Profesor Richard O`Kelly, presiden LIYSF yang juga menjabat sebagai Vice President of Learning Innovation Dublin City University.

Acara kemudian dilanjutkan pidato kunci oleh Professor John Shepherd dari Southampton University UK, Professor Julia Buckingham dari University of Sheffield, dan Proffesor Ralph Rayner dari Institute of Marine Engineering.

Menurut Yosi Ayu Aulia, acara dilanjutkan dengan dengan kuliah mengenai epidemiologi oleh Roy Anderson dari School of Public Health Imperial College dan ditutup dengan pesta selamat datang yang diikuti sekitar 200 peserta dari 50 negara dan panitia penyelenggara LIYSF 2011.

Prof John Shepherd dari Southampton University UK dalam pidato yang berjudul "Sea for Life" mengemukakan bahwa lautan adalah wahana ilmu pengetahuan dan penopang kehidupan yang masih sangat luas dan sangat penting namun sangat minim pemahaman sehingga sangat dibutuhkan untuk terus dieksplorasi.

Lautan tidak hanya berfungsi sebagai sumber daya alam, namun juga sebagai penjaga iklim dan penyerap CO2. Oleh karena itu, eksplorasi dan perkembangan ilmu pengetahuan tentang laut sangat dibutuhkan dunia ini karena laut memiliki fungsi yang vital bagi kelangsungan kehidupan di dunia.

Masih menurut Yosi Ayu Aulia, delapan utusan ITB menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam ajang tahunan yang akan diikuti oleh lebih dari 50 negara dunia.

LIYSF sendiri diikuti oleh akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang berasal dari berbagai negara, seperti negara-negara di Eropa, yakni Jerman, Swis, Asia seperti Malaysia, Jepang, Korea, serta negara Amerika.

Sehari sebelum penyelenggaraan Yosi bersama ketujuh rekan-rekannya mengadakan kunjungan ke KBRI London dan diterima Atase Pendidikan KBRI London T.A Fauzi Soelaiman yang merasa bangga Indonesia - khususnya mahasiswa ITB - bisa mengikuti acara yang bergengsi .

Ia berharap delegasi Indonesia dapat memetik manfaat pengalaman yang didapat dalam forum yang khusus membahas masalah kelautan, apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam bawah laut.

Peserta yang juga mengikuti forum itu adalah Astri Elia yang juga dari mikrobiologi, Dinda Husna, Mila Irva Sari, dan Nur Akmalia Hidayati dari fakultas kimia.

Selain itu Rahesti Husnindriyani dan Rufaida Abudan dari astronomi serta Gede Wira Wibawa Eka Putra dari Teknik Kelautan yang dalam forum tersebut masing-masing akan membawakan penelitian mereka yang mengangkat tema kelautan.

Selama di Inggris peserta forum juga mengikuti berbagai acara di antaranya kunjungan ke universitas di Oxford dan Cambridge serta ke daerah tujuan wisata lainnya.

Mereka juga akan menunjukkan kebolehan mereka dalam acara bazar mahasiswa di Student Union dan International Cabaret akan dilaksanakan tanggal 5 Agustus.

"Kami akan menampilkan kesenian Indonesia berupa tari Saman," ujar Yosi yang merasa bangga bisa mengikuti forum yang sangat bergensi, apalagi Indonesia sebagai negara kepulauan tema yang diangkat tahun ini sangat relevan dengan Indonesia.
(ZG)